Sabtu, 07 Mei 2011

Librarian @dutch

Sebelum tinggal di Belanda, Martha sebenarnya tidak punya latar belakang perpustakaan. Berkat suka membaca dan kontak dengan anak-anak, ia akhirnya dekat dengan perpustakaan.
Di Belanda Martha harus mulai pendidikan dari awal. Diawali dengan studi Informatie Dienstverlening Openbare Bibliotheken di Den Haag. Dilanjutkan dengan studi untuk menjadi jeugdbibliothecaris (pustakawati untuk anak & remaja).
Sejak akhir 2008 Martha menjalani fungsi penuh sebagai jeugdbibliothecaris. Menjadi pustakawati di Belanda, tidak gampang.
Tugas Martha antara lain pembentukan/pemeliharaan koleksi buku anak/remaja, tata ruang, presentasi, menerima/mengorganisir kunjungan anak sekolah dan administrasi (mengumpulkan data utk keperluan statistik).
enurut Martha, pemerintah Belanda sangat serius dalam usaha menumbuhkan minat baca di kalangan anak-anak. Di Belanda membaca dan menulis sudah merupakan gaya hidup dan dimulai sejak awal. Walaupun anak-anak kecil belum bisa membaca, banyak cara lain yang dilakukan agar mereka dekat dengan buku. Pembacaan dongeng atau cerita sebelum tidur, adalah salah satu ritual penting bagi hampir seluruh anak Belanda.
Di Belanda pemerintah bekerja sama dengan perpustakaan, taman bermain, taman kanak-kanak dan sekolah dasar, menyelenggarakan sejumlah kegiatan gemar membaca yang berlangsung reguler seperti misalnya: Nationale Voorleesdagen (Hari Membacakan Buku Nasional), Kinderjury (Juri Anak-anak), Kinderboekenweek (Minggu Buku Anak).

Voorleesdagen
diselenggarakan untuk anak usia 4-6 tahun. Yang menarik, anak-anak ini dibacakan buku pada waktu sarapan. Untuk Kinderjury, anak usia 6-12 tahun bertindak sebagai juri, memilih buku yang paling mereka suka dan paling bagus, terbitan tahun sebelumnya. Dengan ini anak-anak distimulasi untuk membaca sebanyak-banyaknya. Di akhir program akan ada undian, dan ada penghargaan untuk tim juri serta sekolah mereka.
Pendekatan Struktural
Lalu, apa yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan minat baca di Indonesia? Menurut Martha, harus ada perencanaan yang struktural, tidak bisa sporadis. Peran pemerintah juga sangat diharapkan dalam hal ini.
Karena untuk membangun sistem yang berjalan baik, perpustakaan membutuhkan biaya yang tidak sedikit, dan ini bisa didapat salah satunya dengan subsidi pemerintah. Perpustakaan umum Arnhem misalnya, mendapat subsidi sekitar 3 juta euro per tahunnya.
Yang bisa dilakukan oleh individu sebenarnya pertama mengenali anak yang jadi target sasaran kita, lalu punya tujuan. Misalnya, untuk anak-anak di desa, tentu buku yang disuka beda dengan anak-anak di kota besar. Selain itu tujuan, bagi anak jalanan misalnya, membaca bisa jadi satu bentuk hiburan, sementara untuk anak di kota besar, membaca salah satu bentuk belajar.
Buku = Mainan
Menurut Martha, sebenarnya tidak sulit menumbuhkan minat baca anak. Karena anak itu sangat ingin tahu dan punya daya fantasi yang besar. Dengan melihat gambar-gambar yang menarik, mereka juga sudah tertarik. Tidak perlu harus langsung membaca, tapi biasakan anak mengenal buku. Jadikan buku bagian dari mainan anak-anak.
Tapi bahkan di Belanda pun, tidak semua orang tua berpendapat menumbuhkan minat baca sejak kecil itu penting. Pada akhirnya ini adalah pilihan, demikian Martha. Setelah besar, anak-anak bebas mengembangkan minatnya. Cuma, anak kecil bagaikan kertas putih, yang mudah menyerap apapun. Mengapa tidak mulai distimulasi untuk suka membaca sejak masih kecil?
Links:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar