Minggu, 08 Mei 2011

Perpustakaan.

Apa yang pertama terbetik ketika mendengar kata itu? buku? ruangan kaku dan dingin? atau pustakawan berkacamata tebal? Bagi pecinta ilmu dan buku, perpustakaan adalah "surga" kecil tempat menjumput kebahagian intelektual. Deretan buku yang tertata apik di rak adalah "gudang ilmu" yang  dapat memuaskan kehausan mereka akan pengetahuan.Akan tetapi bagi lapisan masyarakat lainnya, kata perpustakaan adalah kosakata yang ditaruh pada urutan kesekian. Bukan berarti mereka tidak haus ilmu,atau memiliki minat baca yang rendah. Coba saja tengok toko-toko buku atau dicafe-cafe, selalu ramai dikunjungi. Mereka betah duduk berjam-jam sambil menyelami berbagai bacaan dari e-book, situs berita, membaca dan menulis  blog, browsing beragam pengetahuan dan aktivitas dunia maya lainnya.Hal tersebut cukup membuktikan bahwa mereka juga butuh informasi dan pengetahuan, hanya saja sekarang ini sudah terjadi pergeseran budaya.


Jadi, dimana fungsi perpustakaan?  
peneliti bidang Informasi dan Perpustakaan dari Universitas Indonesia (UI), Putu Laxman Sanjaya Pendit PhD, memiliki pandangan agak berbeda.
Masyarakat sebenarnya tidak mengalami perubahan paradigma terlalu besar, karena keberadaan internet sama halnya dengan keberadaan perpustakaan.
Kepustakawanan adalah wujud sebenarnya dari kemauan manusia untuk berbagi pengetahuan

jika kita mau berkaca pada negara-negara maju seperti Belanda misalnya, kita akan mendapatkan banyak pelajaran dari kondisi perpustakaan di sana. Belanda memiliki sebuah kota kecil bernama Delft dengan luas tidak lebih dari 24 km2 dan penduduk kurang lebih 96.000 jiwa. Di kota kecil tersebut, Belanda mampu mendirikan empat perpustakaan umum yang tidak pernah sepi dari pengunjung. Pengelolaannya pun tidak alakadarnya. Meja tersusun rapi dengan ruangan yang memiliki pendingin dan pemanas ruangan, sama sekali tidak menimbulkan kesan kaku dan dingin seperti umumnya perpustakaan di Indonesia.
Keadaan perpustakaan di Belanda tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Belanda sangat menghormati ilmu pengetahuan dan memiliki minat baca yang relatif tinggi. Jauh berbeda dari keadaan perpustakaan di Indonesia.

Bagiamana dengan perpustkaan nasional Belanda? Berdiri megah di kota Denhaag sejak tahun 1798 sampai sekarang,
memiliki misi memberikan setiap orang akses terhadap pengetahuan dan kebudayaan Belanda dari masa lampau maupun sekarang. Koninklijke Bibliotheek memberikan layanan berkualitas tinggi untuk penelitian, studi, dan pengalaman kebudayaan.
Koninklijke Bibliotheek berfungsi sebagai pusat pengetahuan dan fasilitas informasi sains. Pada prinsipnya semua publikasi buku di Belanda dimasukkan ke dalam koleksi KB. Namun berbeda dengan negara lain, di Belanda hal ini suka-rela. Para penerbit boleh memutuskan sendiri apakah mereka akan menghibahkan publikasi mereka kepada KB. Di negara lain (seperti Britania Raya) hal ini adalah wajib. KB merupakan anggota utama NCC (de Nederlandse Centrale Catalogus atau katalogus online perpustakaan) dan GGC, (het Gemeenschappelijk Geautomatiseerd Catalogussysteem, sistem katalog otomatis bersama perpustakaan Belanda).
Di KB pada tahun 2004 terdapat 3,3 juta material perpustakaan. Dari jumlah ini sekitar 2,5 juta berbentuk buku (kurang lebih sama dengan 67 kilometer material perpustakaan, dari ini 48 km berbentuk buku). Koleksinya mencakup hampir Sastra Belanda secara keseluruhan, dari naskah-naskah manuskrip Abad Pertengahan sampai publikasi mutakhir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar